Upaya Sleman Menjaga Kota Batik Dunia


Oleh adminr | 15 Dec 2022

Penulis : Agung Tri Rahmanto (Penyuluh Perindag Madya Dinas Perindag Sleman)

Batik sudah diakui  UNESCO menjadi Intangible Cultural Heritage (ICH) Indonesia sejak tahun 2009. Selama kurang lebih 13 tahun terakhir ini batik mendapatkan perhatian  yang besar dari berbagai pihak. Pemerintah Kabupaten Sleman secara konsisten mengembangkan batik dalam rangka menjaga warisan budaya dan menjaga predikat DIY sebagai kota batik dunia. Pengakuan internasional terhadap Yogyakarta tersebut ditetapkan oleh Dewan Kerajinan Dunia (World Craft Council/WCC) di Dongyang, Provinsi Zhejiang, Tiongkok pada Oktober 2014. World Craft Council menggunakan 7 kriteria sebagai tolok ukur pengakuan tersebut, yaitu nilai historis, orisinalitas, pelestarian, nilai ekonomi, ramah lingkungan, nilai global, dan keberlanjutan. Berbagai kriteria tersebut harus terus dijaga sebab predikat sebagai kota batik dunia bisa dicabut oleh WCC jika  Yogyakarta tidak bisa mempertahankan poin-poin kriteria tersebut. Pemkab Sleman turut berupaya menjaga Yogyakarta sebagai kota batik dunia dengan melakukan berbagai hal.

Secara historis, Sleman mempunyai andil dalam aktivitas batik sejak dulu. Dahulu banyak warga Sleman yang membatik sendiri di rumah lalu menyetorkan hasilnya ke juragan atau dijual di pasar. Umumnya para pembatik belum bisa melakukan langkah pewarnaan dan pelorotan, sehingga mereka hanya menyetorkan batik setengah jadi. Dahulu banyak warga di daerah Mlangi, Nogotirto dan Susukan, Margokaton yang melakukan aktivitas batik. Hingga saat ini pembatik daerah Susukan masih terus eksis dan mengembangkan usahanya. Motif khas di daerah Susukan adalah motif Celeng Kewengen. Motif ini biasa dibuat untuk selendang ibu yang baru melahirkan. Dinas Perindag Sleman berupaya menjaga dan mengembangkan batik di wilayah Margokaton tersebut.

Pemerintah Kabupaten Sleman menjaga orisinalitas batik Sleman dengan menciptakan motif khas yaitu Sinom Parijotho Salak. Motif ini diinisiasi lewat lomba desain motif batik tahun 2012 yang diselenggarakan oleh Dekranasda dan Dinas Perindagkop kala itu. Motif tersebut sudah dilindungi hak cipta sebagai kekayaan intelektual milik Pemerintah Kabupaten Sleman untuk dikembangkan dan dimanfaatkan oleh warga Sleman. Upaya menjaga orisinalitas juga dilakukan dengan edukasi tentang batik sesuai SNI. Dinas Perindag terus mengkampanyekan menggunakan batik asli bukan kain yang bermotif batik. Saat ini masyarakat awam masih belum bisa membedakan antara batik dengan tiruan batik. Batik hanya dibuat dengan cara tulis, cap atau kombinasi keduanya dengan perintang malam panas. Sedangkan banyak yang beredar di pasaran dengan harga murah adalah kain tekstil bermotif batik yang dibuat dengan cara sablon atau dengan malam dingin. Kampanye ini tentu sangat penting juga dalam aspek pelestarian, sebab jika masyarakat lebih memilih tiruan batik maka batik orisinil akan terpuruk dan mengancam predikat Yogyakarta.

Dinas Perindag menyelenggarakan banyak pelatihan dan bimbingan teknis batik setiap tahunnya.  Bimtek batik telah diselenggarakan di semua kapanewon dan hampir semua 86 kalurahan yang ada di Sleman. Program tersebut sebagai upaya penumbuhan wirausaha batik dan peningkatan kapasitas pembatik. Melalui berbagai bimtek ini, telah tumbuh lebih dari 40 kelompok batik yang tersebar di semua wilayah. Selama 9 tahun terakhir, Bidang Perindustrian telah menyelenggarakan setidaknya 89 kali bimtek batik di berbagai lokasi, baik untuk pemula maupun bimtek lanjutan.

Tahun Jumlah Bimtek Batik
2014

5

2015

9

2016

6

2017

8

2018

23

2019

17

2020

4

2021

1

2022

16

Para pembatik dan kelompok batik yang ada di Sleman terwadahi dalam satu asosiasi yang bernama Mukti Manunggal. Dinas Perindag terus mengawal dan membina asosiasi agar bisa kompak dan berkembang sehingga memberikan manfaat kepada anggotanya. Saat ini tercatat 49 anggota asosiasi yang merupakan pengusaha pembatik mandiri dan kelompok batik.

Tumbuhnya kelompok-kelompok batik ini memberikan dampak ekonomi dan juga wujud dari upaya menjaga keberlanjutan. Sudah banyak kelompok yang bisa merasakan manfaat ekonomi dari batik Sleman. Pemerintah Kabupaten Sleman mengeluarkan edaran untuk penggunaan baju batik sebagai seragam kerja ASN dan perangkat kalurahan yang dibeli di pengrajin batik wilayah Sleman. Penggunaan baju batik dilaksanakan selama 1 bulan penuh di setiap empat bulan. Hal ini tentu akan mendongkrak penjualan batik Sleman. Selain itu seragam haji dan seragam kegiatan ulang tahun Sleman diarahkan ke Asosiasi Mukti Manunggal. Pengerjaan pesanan batik akan dibagi kepada seluruh anggota sehingga semua bisa merasakan manfaatnya.    

Pemda Sleman juga memperhatikan aspek ramah lingkungan pada industri batik.  Sebagai daerah tangkapan dan resapan air DIY, Sleman sangat hati-hati pada pengembangan aktivitas industri. Batik dengan pewarna alami didorong untuk maju dan berkembang. Materi tentang pewarna alami pada batik terus disampaikan pada bimtek-bimtek batik yang diselenggarakan. Untuk bisa membuat batik dengan pewarna alami yang berkualitas, beberapa bimtek khusus diampu oleh instruktur batik yang khusus menguasai warna alami. Saat ini di Sleman berkembang pengrajin batik yang khusus mengembangkan warna alami dengan eksplorasi aneka bahan lokal sebagai pewarna kain batik.

Yang terakhir pada aspek batik go global. Sleman memberikan peluang kepada pengrajin batik untuk bisa mengikuti berbagai  pameran di luar negeri ataupun pameran di Jakarta yang bertaraf international. Beberapa waktu lalu pengrajin batik Sleman ada yang berkesempatan untuk memperkenalkan batik ke Rusia bersama rombongan Pemda DIY.  Pengusaha batik Sleman juga diberikan peluang untuk mengikuti temu bisnis dan pengenalan perdagangan internasional agar bisa menembus pasar global.

Sleman dengan sinom parijotho salaknya sudah cukup besar kiprahnya untuk menjaga predikat kota batik dunia dan melestarikan batik sebagai warisan tak benda dunia milik Indonesia. Namun tidak dipungkiri masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Penguatan kemampuan teknis pembatik masih menjadi hal utama yang harus terus dilakukan. Saat ini sudah waktunya untuk dilakukan juga penyegaran motif khas Sleman yang masih sangat dimungkinkan untuk dimunculkan berbagai motif baru yang diinspirasi oleh keindahan alam dan kekayaan flora fauna Sleman. (nr)

Komentar

Tidak Ada Comment

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disimpan dan dipublikasikan

Menu
Cari