DISPERINDAG SLEMAN – Menindaklanjuti hasil review Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Sleman tahun 2016-2020, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman menyelenggarakan Workshop Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Angkatan I di Cempaka Ballroom, Lt.2 Hotel Grand Sarila, Jl. Affandi No.6 Condongcatur Depok Sleman, pada Rabu 21 Nopember 2018 sd Kamis 22 Nopember 2018.
Workshop yang diikuti 30 IKM Sleman ini dibuka dengan paparan kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman Dra. Tri Endah Yitnani, M.Si tentang arah kebijakan pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Beliau menekankan, “Jika semua saling melengkapi, maka IKM maupun UKM bisa menjadi lokomotif pengentasan kemiskinan”. Paparan dilanjutkan narasumber Drs. Pranama, M.Si, Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan BAPPEDA Sleman, terkait program kebijakan perencanaan strategi daerah dalam pengentasan kemiskinan kabupaten Sleman. Kepala Seksi Data dan Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial kabupaten Sleman, Sarastomo Ari Saptoto, S.Sos, M.AP, M.Agr.Sc kemudian memaparkan di sesi berikutnya bagaimana pemanfaatan dalam penanganan kemiskinan. Sesi paparan terakhir ditutup dengan materi strategi penanggulangan kemiskinan daerah dalam sektor usaha industri, dari Dr. Saptopo Bambang Ilkodar, M.Si dari FISIP UPN “Veteran” Yogyakarta.
Workshop yang dipandu oleh Imam Baskara, S.Ant selaku moderator selama 2 (dua) hari berlangsung menarik karena peserta berpartisipasi aktif pada sesi-sesi diskusi. Andromeda Sindoro dari Sweet Sundae Ice Cream menyampaikan sangat berminat dan berkomitmen pada kebijakan penangggulangan kemiskinan pemerintah daerah Kabupaten Sleman. Beliau meminta pemerintah menguatkan upaya ini dengan memberikan rekomendasi ataupun SK (penunjukan) bagi pelaku usaha sebagai pendamping warga miskin / rentan miskin. Beliau sendiri tertarik untuk mendampingi peternak susu di wilayah Kecamatan Cangkringan karena sangat berkaitan dengan pengembangan usahanya. Sementara itu, FX. Cahyadi dari Sekoteng ABC menyampaikan peluang yang dapat dikembangkan oleh warga miskin/rentan miskin, yaitu dengan meningkatkan produksi buah belimbing atau manisan buah kering. Hal ini dirasakan penting karena beliau kesulitan dalam memperoleh pasokan manisan buah kering dari wilayah DIY (saat ini didatangkan dari Jawa tengah). Pelaku usaha industri kerajinan kertas, Wisnu Dhata dari CV Art Strawberry, juga menyampaikan dari total 500 orang mitra beliau dalam proses produksi kebanyakan masih di wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Hal ini menyebabkan ongkos produksi yang tidak efisien karena bahan harus dikirim dulu ke Gunung Kidul dan dikirim kembali ke perusahaan setelah selesai. Mirisnya, menurut beliau, jika di tahun 1997 rasio lowongan tenaga kerja jahit yang dibuka dibandingkan dengan jumlah pelamar rata-rata 1:60, saat ini untuk lowongan 1 orang tenaga kerja jahit malah hampir tidak ada respon. Artinya, ketersediaan lapangan pekerjaan belum sinkron dengan ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum bekerja.
Priya Sulaksana, ST selaku Kepala Seksi Pengembangan Produksi Industri menyampaikan bahwa seluruh informasi dari peserta tersebut menjadi masukan bagi instansi-instansi teknis terkait, seperti Dinas Pertanian dan lain-lain, dalam meningkatkan upaya pembinaan yang tepat sasaran. Selain itu, BAPPEDA menyampaikan upaya sinkronisasi data akan dimaksimalkan agar ketersediaan warga miskin dan rentan miskin bisa dioptimalkan bersinergi dengan kebutuhan pelaku usaha.
Workshop pada hari kedua dihadiri narasumber Drs. Purnawan Hardiyanto, M.Ec.Dev dari Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan materi strategi menghadapi persaingan usaha masa kini, Dr. Murti Lestari, SE., M.Si dari Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dengan materi pemberdayaan ekonomi untuk menjalin kemitraan, dan Ahmad Ma’ruf, SE, M.Si dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dengan materi peluang hambatan dan tantangan industri kecil di masa depan serta materi ekonomi kerakyatan menciptakan peluang usaha.
Kepala Bidang Perindustrian, Dwi Wulandari, ST., M.Ec.Dev selaku ketua penyelenggara dalam laporannya menyampaikan bahwa penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sleman tahun 2016 -2020 sehingga Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menargetkan tingkat kemiskinan di akhir tahun 2020 turun menjadi 8 %. Kebijakan penanggulangan kemiskinan sendiri merupakan gerakan bersama yang tidak hanya cukup dilakukan oleh pemerintah saja tetapi juga memerlukan keterlibatan semua pihak selaku pemangku kepentingan. Dukungan, kerjasama dan kemitraan tentunya tidak hanya sekedar slogan saja tetapi perlu direncanakan dan dilaksanakan di tingkatkan dan digerakan bersama pemerintah,pelaku usaha industri dan pemasaran usaha, perbankan, lembaga swadaya masyakat (LSM) dan masyarakat. Melalui penyelenggaraan workshop SPKD ini, pelaku usaha industri sangat diharapkan berperan aktif dalam eksekusi penanggulangan kemiskinan, khususnya di wilayah Kabupaten Sleman.
Di akhir sesi diskusi pada hari kedua, peserta workshop sepakat akan berkomitmen melanjutkan upaya menjalin kemitraan dengan warga miskin /rentan miskin di wilayah Kabupaten Sleman dan memberikan saran-saran yang dapat memperlancar eksekusi program-program terkait.
Informasi Agenda Dinas
Tidak Ada Comment